Latihan - Melatih Kreatif Exposure
Bisa dikatakan kali ini adalah latihan yang bagus. Latihan ini bisa
membawa anda lebih jauh lagi di dunia kreatif exposure. Pilihlah subyek
diam, seperti bunga, atau bisa minta teman kalian berdiri untuk foto
portrait, pilih juga subyek yang bergerak, seperti air terjun atau anak
kecil yang bermain ayunan, dan jika memungkinkan ambil foto pada saat
hari berawan serta pilih komposisi sehingga kalian bisa menghilangkan
langit di dalam foto tersebut
Sekarang
rubah aperture kalian sebanyak satu stop (contohnya, dari f/4 ke
f/5.6), rubah lagi shutter speed sebanyak 1 stop untuk mendapatkan
exposure tepat, lalu potretlah, demikian juga berikutnya ganti aperture
kalian dari f/5.6 ke f/8 dan seterusnya, tetapi tetap ingat untuk juga
merubah shutter speed untuk mendapatkan exposure yang tepat. Catat
aperture dan shutter speed yang digunakan pada setiap exposure. Sobat
setidaknya akan memiliki tidak kurang dari Enam kombinasa aperture dan
shutter speed, dan meskipun setiap exposure sama dalam hal nilai
kuantitatif, Sobat harus menemukan perbedaan pada gambar tersebut
termasuk ketajamannya. Foto bunga akan tampak “sendirian” dalam beberapa
frame foto, tetapi tidak pada foto dengan aperture f/16 atau f/22,
beberapa elemen pada backround akan muncul dan bisa menjadi distraction
ketika menggunakan bilangan f-stop besar.
Tips Memotret Air Terjun
Berikut ini adalah beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal ketika memotret air terjun:
- Lighting atau pencahayaan: Pencahayaan terbaik adalah pada saat mendung, dan itu berlaku pada beberapa bidang fotografi outdoor yang lain, terutama pada saat hujan atau setelah hujan. Awan mendung sangat diperlukan sebagai difuser cahaya matahari agar kita mendapatkan shutter speed yang relatif lambat.
- Shutter Speed: Sobat membutuhkan jepretan dengan shutter speed sekitar 1 atau 1.6 detik agar mendapatkan foto air terjun yang blur dan halus seperti kapas. Untuk mendapatkan kecepatan shutter tersebut Sobat butuh untuk menggunakan aperture sekitaran f/16 atau bahkan lebih kecil. Sobat akan mendapatkan Depth of Field yang lebar, dimana semua frame akan terfokus. Jika cahaya pada saat pemotretan terlampau terang sehingga sulit untuk mendapatkan shutter 1 atau 1.6 detik, maca tidak ada salahnya mencoba menggunakan filter Neutral Density (ND).
- Filter ND: Filter neutral bisa dikatakan merupakan perangkat fotografi wajib ketika memotret air terjun. Penempatan filter ND di permukaan lensa akan mengurangi intensitas atau jumlah cahaya, yang berarti juga mengurangi shutter speed agar mengakomodasi pengurangan cahaya, tentu tanpa merubah warna subyek.
- Tripod dan Remote Shutter Release: Penggunaan tripod yang kokoh rasanya wajib digunakan ketika memotret menggunakan kecepatan shutter di kisaran 1 atau 1.6 detik. Remote shutter release juga bisa digunakan sebagai perangkat tambahan pada kecepatan tersebut. Penggunaan shutter remote release mampu mengeliminasi setiap getaran pada kamera ketika jari kalian menekan tombol shutter. Remote release tersedia bagi banyak merk atau model kamera, dan pastinya memiliki dampak yang besar bagi terciptanya gambar yang tajam.
- Self-Timer Kamera: Penggunaan fitur self-timer pada kamera kalian akan memberikan dampak yang sama dengan penggunaan shutter remote release. Ketika fitur ini diaktifkan maka kamera tidak akan mengekspose file atau sensor gambar sampai waktu yang kita tentukan, biasanya beberapa detik. Coba atur self-timer ke 5 detik, rentang waktu tersebut cukup untuk menghentikan getaran pada kamera. Happy Water Falling :)
Membangun Studio Fotografi Sederhana
Membangun sebuah studio fotografi mungkin bagi beberapa Sobat
InFotografi akan terdengar rumit. Pertanyaan pertama kali yang terlintas
adalah perlengkapan apa saja yang diperlukan? Nah artikel InFotografi
kali ini akan mengulas perlengkapan studio apa saja sih yang benar-benar diperlukan dan keberadaannya sangat penting.
Reflektor yang beredar di pasaran memiliki banyak variasi bentuk dan ukuran, dan yang perlu diingat bahwa warna serta permukaan reflektor yang berbeda akan memberikan efek yang berbeda pula pada subyek. Hal yang sama berlaku pada pencahayaan di dalam studio, tinggi, angle serta jarak dimana reflektor di posisikan akan memberikan dampak pada hasil akhir.
Menyiapkan Studio Fotografi
1. Backdrop
Backdrop kebanyakan berbentuk gulungan kertas khusus. Perangkat ini beredar di pasaran dengan banyak variasi bentuk serta ukuran. Sobat akan membutuhkan pendukung backdrop berupa stand dan tiang agar backdrop bisa berdiri seperti dalam gambar. Jika sobat masih belum bisa membelinya maka bisa mencoba menggunakan lembaran besar kain. Kain dengan bahan beludru warna hitam bisa menjadi pilihan yang bagus, mengingat bahan kain ini memiliki kemampuan untuk menyerap cahaya dan memberikan warna hitam yang relatif bagus.
2. Main Light
Lengkapi sumber cahaya ini dengan sebuah diffuser, seperti softbox. Softbox memiliki kemampuan untuk memperhalus cahaya sehingga bayangan yang dihasilkan tentu tidak seberapa kuat. Angle (sudut), ketinggian serta jarak main light dengan model merupakan hal yang vital dalam penentuan hasil yang Sobat inginkan. Kontrol keluaran cahaya flash/lampu menggunakan tombol yang ada di bagian kepala flash/lampu.
3. Camera
Sobat akan membutuhkan untuk menghubungakan kamera dengan perangkat lampu studio. Hal ini bisa dilakukan dengan kabel sync (jika kamera SLR kalian memiliki socket PC) atau dengan menggunakan wireless trigger. Mode pemotretan yang paling ideal saat memotret di dalam studio foto adalah Mode Manual, toh Sobat memiliki kendali penuh terhadap subyek foto dan pencahayaan.
4. Hair Light
Sumber cahaya kedua ini diposisikan dibelakang subyek/model dengan perangkat Snoot yang terpasang. Snoot akan memfokuskan cahaya ke arah rambut model. Peran Snoot tidak hanya memberikan pencahayaan pada bagian rambut, tetapi juga memberikan kesan pemisah antara model dengan background.
5. Reflektor
Sebuah reflektor berfungsi untuk memantulkan cahaya dari main light ke sisi wajah subyek yang memiliki bayangan. Hal ini untuk memastikan bahwa bayangan yang ada di wajah model tidak terlalu gelap.
6. Model
Sobat bisa meminta teman atau anggota kelurga untuk menjadi model kalian, dan jika tidak memiliki Sobat bisa mencari referensi model yang sedang membutuhkan portofolio dan jam terbang, jadi Sobat bisa melakukan barter antara fee yang kecil, sedangkan mereka bebas menggunakan foto kalian sebagai portofolio.
Tips Setting Kamera Digital
Kamera
DSLR memungkinkan seseorang untuk mengambil banyak foto-foto sesuai
dengan kreatifitas mereka, tetapi untuk mengerti serta memahami
pengaturan kamera pasti membutuhkan sedikit waktu untuk beradaptasi.
Percaya atau tidak jika sobat ingin sekali segera menghasilkan foto yang
bagus, hal ini mungkin akan membuat frustasi, tetapi bagaimanapun juga,
satu-satunya cara adalah memastikan kamera kalian diatur dengan benar
guna menghasilkan foto-foto seperti yang Sobat inginkan.
Quality Control
Apakah Sobat pernah memperhatikan format file yang kalian gunakan dalam
memotret? Apakah Sobat lebih memilih menggunakan format RAW daripada
JPEG? Foto-foto yang diambil dengan menggunakan format RAW akan memiliki
fleksibilitas lebih ketika melakukan paska produksi atau editing dengan
perangkat lunak seperti Photoshop atau GIMP.
Gunakan ISO
antara 100 sampai 400, dan cobalah untuk mendapatkan sensitifitas
cahaya paling renda. Beberapa kamera digital akan menghasilkan Noise
pada ISO tinggi. Noise biasanya dalam foto terlihat seperti butiran pasir
Ketika membicarakan White Balance,
Sobat bisa membiarkannya otomatis, tetapi jika Sobat telah percaya diri
perihal penggunaanya sesuai dengan kondisi pencahayaan saat memotret
maka silahkan kalian atur lebih detail, seperti ke Tungsten atau Cloudy
Key Control
Aperture dan Shutter Speed
bisa dikatakan sangat krusial. Dampak kombinasi dari Dua pengaturan ini
tidak hanya pada jumlah cahaya yang masuk ke dalam lensa, tetapi juga
pada bagaimana foto kalian akan dihasilkan.
Aperture mengendalikan Depth of Field dengan menentukan area mana saja yang akan terlihat tajam, jika Sobat memilih Depth of Field sempit dengan Foreground tajam dan Background blur, maka Sobat harus menggunakan Aperture lebar (contoh: f/2.8), dan begitu juga sebaliknya.
Aperture mengendalikan Depth of Field dengan menentukan area mana saja yang akan terlihat tajam, jika Sobat memilih Depth of Field sempit dengan Foreground tajam dan Background blur, maka Sobat harus menggunakan Aperture lebar (contoh: f/2.8), dan begitu juga sebaliknya.
Shutter Speed mengontrol apakah obyek gerak terekam 'freeze' atau blur (baca artikel: Bagaimana membuat foto Blur). Semakin lambat Shutter Speed, maka akan ada lebih banyak motion blur yang tercipta.
Pengaturan Mode Exposure yang Tepat
Kamera DSLR memberikan beberapa fitur mode exposure, dari full otomatis
seperti yang ada di kamera saku, sampai ke full manual. Dua mode
semi-otomatis yang paling populer dalam memberikan sisi kreatifitas
adalah Aperture Priority dan Shutter Priority.
Aperture Priority memungkinkan kalian untuk memilih Aperture sesuai
keinginan, dan kamera memilih Shutter Speed yang dibutuhkan secara
otomatis. Pilih Shutter Priority jika kalian sudah mengetahui berapa
kecepatan Shutter yang akan digunakan, dan kamera akan menangani
pemilihan aperture untuk mendapatkan exposure yang pas. Sederhana bukan?
Gunakan Metering yang Tepat
Mode Metering akan tergantung pada kamera serta merk-nya, tetapi ada
tiga macam metering yang umum terdapat pada sebuah kamera DSLR yaitu:
Multi-zone, Centre-Weighted Average dan Spot. Mode Multi-Zone membaca
cahaya dari keseluruhan area. Sangat cocok untuk kebutuhan sehari-hari
dan akurat untuk kebanyakan situasi. Centre-Weighted Average membaca
sebanyak sekitar 70% dari tengah frame, ideal untuk mengambil gambar
Portrait. Metering Spot membaca hanya sebatas area kecil, oleh kerena
itu metering ini sedikit sulit diaplikasikan oleh fotografer pemula.
Pengaturan AF dan Mode Drive
Kamera DSLR menawarkan beberapa mode fokus. Dua pengaturan fokus yang
utama adalah Single-Servo untuk obyek diam, dan Continuous-Servo untuk
obyek gerak. Kebanyakan kamera membolehkan penggunanya untuk menggunakan
fokus secara manual.
Mode Drives memungkinkan kita untuk menentukan apakah kita akan
mengambil foto dengan single frame setiap jepretan atau lebih dari satu
jepretan selama kita menekan tombol Shutter.
Memanfaatkan Layar LCD.
Layar LCD bisa membuat kita memberikan salah penilain exposure jika kita tidak mengatur tingkat kecerahannya secara benar. Biasakan untuk mereview exposure sebuah foto menggunakan histogram atau tone chart. Sebuah grafik histogram yang cenderung memuncak di sisi kiri menandakan foto tersebut under-exposure, memuncak di sebelah kanan menandakan over-exposure.Tips Membeli Kamera DSLR Bekas
Meskipun model-model kamera keluaran baru disertai dengan teknologi
termutakhir serta spesifikasi yang impresif, tetapi mereka tentu
terkadang memiliki harga yang berada diluar jangkauan kita. Jika kondisi
tersebut menjadi permasalahan Sobat, jangan merasa frustasi terlebih
dahulu. Para fotografer tidak
sedikit yang melakukan upgrade ke kamera keluaran baru dan menjual
kamera lama mereka. Hal ini bisa menjadi peluang Sobat InFotografi untuk
memiliki kamera second keluaran beberapa tahun yang lalu.
Ada beberapa hal penting yang harus Sobat perhatikan saat membeli kamera second-hand untuk memastikan kondisi kamera memang cocok dengan apa yang Sobat bayarkan. Mintalah preview kamera sebelum kalian membayarnya, tetapi jika Sobat membeli secara online, maka mau tidak mau sobat harus benar-benar percaya terhadap si penjual kamera tersebut. Tetapi ingat! ajukan pertanyaan jika dirasa perlu. Pastikan tidak ada aksesoris penting kamera yang hilang seperti: lens cap, baterai, charger, dan kemudian lakukan pemeriksaan kamera sebagai berikut:
1. Periksa dead pixel
Ambil beberapa gambar! Jika sobat menemukan beberapa area terlihat tidak bewarna maka kemungkinan terdapat dead pixel. Pindah foto tersebut ke komputer PC atau notebook untuk memeriksa apakah dead pixel hanya pada layar LCD dan tidak berdampak pada foto atau malah dead pixel ada di bagian sensor kamera.
2. Periksa debu pada sensor
Jika sobat membali kamera CSC atau DSLR, maka lihatlah bagian sensor dengan cara melepas lensa atau body cap. Periksa dan lihat apakah sensor dalam keadaan bersih! perhatikan apakah terdapat partikel-partikel debu. Jika sobat tidak bisa melihat bagian sensor, maka coba ambil satu foto (langit), lihatlah apakah ada semacam noda tercetak pada foto tersebut.
3. Periksa jumlah shutter count
Periksa sudah berapa banyak tombol shutter telah dilepaskan. Sobat bisa melakukannya dengan mengambil foto dan menguploadnya ke website: www.myshuttercount.com
4. Periksa mounting lensa
Jika Sobat membeli kamera yang bisa berganti lensa, maka pastikan bagian mounting (uliran) tempat lensa tidak ada cacat atau kerusakan. Sebagai tambahan Sobat juga bisa memeriksa apakah mounting kamera tersebut komptibel atau cocok dengan lensa-lensa yang sudah kalian miliki, jika tidak cocok maka Sobat perlu membeli lensa lagi yang kompatibel.
5. Lakukan pengujian autofokus
Ambil satu foto untuk melihat seberapa cepat kamera melakukan fokus, kemudian fokuskan ke titik tertentu menggunakan single AF dan zoom untuk melihat ketajaman hasilnya. Lakukan pengujian juga pada continuous AF dengan memotret subyek yang begerak dan lihat hasilnya.
5. Telusuri kerusakan body kamera.
Kerusakan bagian luar juga bisa berarti kerusakan bagian dalam kamera, jadi waspadai jika terdapat cacat fisik. Periksa juga semua tombol dan dial berfungsi dengan semestinya. Pastikan juga flash bekerja dengan baik.
6. Lihat hotshoe
Hotshoe adalah logam kecil yang bisa Sobat temukan di bagian atas kamera. Jika sobat membeli kamera yang memiliki hotshoe maka periksa dan pastikan berfungsi dengan baik. Periksa menggunakan aksesoris fotografi yang menggunakan hotshoe seperti flash external untuk lebih memastikan.
7. Periksa ruang baterai dan slot kartu memori.
Buka tempat atau slot baterai serta kartu memori dan periksa apakah ada kerusakan. Slot baterai bisa Sobat temui di bagian bawah kamera, dan slot kamera kebanyakan berada di bagian sisi atau samping. Lihat dan periksa apakah ada pin yang bengkok maupun kotoran, alangkah baiknya sobat bisa memeriksa dengan mencoba langsung baterai atau kartu memori. Jika Sobat sudah memiliki kartu memori sebalumnya, maka pastikan cocok untuk kamera yang akan kalian beli, karena beberapa model hanya bisa menggunakan kartu microsd dan tidak kompatibel dengan varian SDXC yang memiliki kapastias besar.
Kelebihan Lensa Prime 50mm
Kemunculan lensa zoom
sebagai standart lensa kit sepertinya semakin menenggelamkan keberadaan
lensa prime 50mm, padahal lensa 50mm dulunya adalah standart yang
disertakan di setiap kamera. Hal ini menurut kami sangat disayangkan
mengingat Lensa Prime 50mm mampu memberikan kualitas serta kemampuan
pada harga yang rendah.
Lensa Prime 50mm VS Lensa Kit
Bagi Sobat yang memiliki DSLR pasti memiliki lensa kit bukan? Mungkin
kalian akan bertanya-tanya mengapa Saya harus membeli lensa 50mm?
Padahal focal length tersebut sudah ada pada lensa kit! Jawabannya
adalah lensa 50mm memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh
lensa kit:
Kualitas Gambar Lebih Bagus
Desain dari lensa 50mm tampak sangat sederhana, sepertinya desainer
lensa ini mengetahui bagaimana membuah lensa 50mm yang berkualitas bagus
sejak dulu, dan hasilnya memang performa dari lensa ini melebihi banyak
lensa zoom. Kami sering menggunakan lensa Canon EF 50mm f1.8 II (lensa
termurah keluaran Canon) yang dipasang pada kamera full frame. Kami
masih ingat menggunakannya pada foto arsitektur, dan terkejut dengan
detil foto yang dihasilkan pada pembesaran 100%.
Harga
Seperti yang dituliskan diatas, lensa 50mm sangat simple. Lensa ini
memiliki Enam sampai Delapan elemen didalamnya, sedangkan lensa Zoom
biasanya memiliki elemen lebih dari dua kali lipatnya. Hal ini berarti
ongkos produksi akan lebih rendah, dan sepertinya memang lensa termurah
dari setiap produsen kamera adalah lensa ini. Kebanyakan 50mm memang
sangat pas di kantong para fotografer pemula.
Tetapi perlu untuk diingat bahwa semakin mahal harga lensa maka biasanya
memiliki kulitas body yang bagus, performa autofokus, tahan cuaca dan
mungkin aperture maksimal yang lebih lebar. Contohnya pada Canon jika
tidak salah memiliki Tiga lensa prime 50mm (ditambah dengan lensa makro
50mm). Sobat mungkin tidak akan melihat banyak perbedaan dalah hal
kualitas gambar antara 50mm f1.8 II dan 50mm f1.2L, tetapi Sobat akan
melihat perbedaannya pada kualitas bahan, dan performa autofokus. Kami menyarankan untuk mencoba Lensa yang ada ditengah-tengahnya, yaitu lensa 50mm f1.4
Aperture Maksimal yang Lebar
Ini merupakan salah satu aspek yang sangat menarik dari lensa prime 50mm
(dan juga semua lensa prime). Focal length 55mm pada lensa kit biasanya
memiliki aperture sekitar f5.6. Lensa prime memiliki aperture f1.8
atau lebih lebar lagi, lebih dari Tiga stop bukan? Ukuran aperture ini
akan memberikan perbedaan yang mencolok ketika Sobat memotret dalam
kondisi rendah cahaya atau low-light. Sobat bisa leluasa memperlebar
bukaan lensa daripada menaikkan pengaturan ISO. Ukuran Aperture ini juga memberi keleluasaan dalam penggunaan Depth of Field.
Memaksimalkan Lensa Prime 50mm
Ketika Sobat sudah memiliki lensa ini, maka langkah selanjutnya adalah
belajar bagaimana memaksimalkannya, berikut ini adalah beberapa contoh
penggunaan lensa prime 50mm
Lensa yang cocok dibawa kemanapun.
Lensa 50mm bagus untuk digunakan ketika Sobat bepergian. Focal length
ini dirasa nyaman untuk memotret kasual pada kamera full frame,
sementara pada kamera APS-C akan membantu kalian mendekat dan
mendapatkan detail-detail subyek yang menarik.
Portrait
Lensa 50mm akan efektif pada kamera APS-C sebagai tele pendek, dan
sangat ideal untuk foto portrait. Hal ini juga bekerja baik pada kamera
full frame, asalkan Sobat tidak merasa terganggu dengan adanya sedikit
distorsi yang dihasilkan.
Close-up Photography
Sobat bisa mengombinasikan lensa 50mm dengan Filter/Lensa Close-up atau extention tube untuk mengambil gambar close-up. Sobat juga bisa menggunakan Reverse Ring untuk fotografi makro. Perangkat fotografi tersebut benar-benar bisa memperlebar kemampuan dari lensa tersebut, jika Sobat sudah memiliki lensa prime 50mm maka ini bisa menjadi solusi murah dibandingkan membeli lensa makro.Memotret Menggunakan Lensa Fixed 50mm F/1.8
Kami sudah mencoba baik itu lensa Nikon 50mm f/1.8D AF
Nikkor maupun Canon EF 50mm f/1.8 II, kedua lensa tersebut benar-benar
memberikan kualitas foto yang tidak mengecewakan.
Usahakan lensa fix ini selalu menyertai kalian baik memotret menggunakan kamera DSLR Canon maupun NIkon. Meskipun Sobat mungkin sudah memiliki lensa yang lebih bagus, tapi tidak ada salahnya lensa 50mm ini selalu berada di dalam tas kalian. Lensa prime atau fix ini relatif tajam meskipun Sobat memotret dengan bukaan lebar seperti pada aperture f/1.8 sampai f/22.
Lensa 50mm f/1.8 bisa menjadi lensa favorit, jika dikombinasikan bersama sensor DSLR dengan 1.5X atau crop factor lebih tinggi (seperti Nikon D90, Canon 50D, dan kebanyakan camera yang bukan full frame), kalian akan mendapatkan 75mm lensa portrait secara aktual. Jika Sobat menggunakan sensor DSLR full frame, maka akan mendapati seperti lensa standart.
Pada intinya Sobat akan mendapatkan hasil dengan kualitas bagus hanya dengan kisaran harga Satu juta rupiah. Sangat patut dan layak untuk dimiliki bukan?
Contoh diatas merupakan contoh foto bayi yang sedang dijemur dibawah sinar matahari pagi. Kamera yang digunakan adalah Nikon D70s dengan lensa Nikon 50mm f/1.8. Pemotretan dilakukan tanpa menggunakan flash, hand held (tanpa tripod). Ketika masuk ke dalam komputer PC untuk foto tersebut begitu terasa detail serta ketajamannya. Sejak saat itu lensa 50mm selalu menjadi pilihan pertama ketika mengambil foto portrait.
Sisi Positif :
- Tajam: Fakta yang ada adalah produsen atau manufaktur lensa ini tidak butuh banyak material kaca untuk digunakan sebagai zooming, desain lensa ini fix, dan sangat sederhana.
- Relatif murah: Harga dari lensa ini hanya berkisar Satu juta rupiah, dengan harga tersebut Sobat sudah bisa memiliki lensa dengan kualitas hasil yang menakjubkan.
- Kecil dan ringan: Baik lensa prime/fix keluaran Canon atau Nikon memang berukuran kecil dan ringan hanya seukuran 1/2 dari lensa kit.
Sisi Negatif :
- Tidak ada zoom: Di era fotografi digital saat ini kita memang sangat dimanjakan, pada era film dengan lensa prime/fix, zooming selalu dilakukan dengan menggunakan "kaki".