Posted by : Miftahur Rohman Friday, March 7, 2014

Selain keistiqamahan, almarhum KH Zainal Abidin Munawwir juga meneladankan semangat literasi. Membaca buku adalah aktivitas yang sangat ia  anjurkan bagi para santri. Di samping itu, ia  meninggalkan beberapa karya dalam berbagai disiplin ilmu agama. Di antaranya:

1. Wadhaifu al-Muta’allim

Kitab ini menjadi petunjuk teknis bagi para penuntut ilmu. Mbah Zainal menerangkan bagaimana semestinya seorang pelajar berniat, berperilaku, bergaul, belajar dan berdoa. Ia mengingatkan bahwa ilmu bukan sekadar asupan bagi akal, tak hanya pengisi kepala, tetapi juga muatan batin yang harus membekas dalam perilaku keseharian.

Mbah Zainal membuka pembahasan di awal bab dengan urgensi niat dalam menuntut ilmu. Ketakwaan harus didasari dengan ilmu, sedangkan ilmu semestinya mengantar penuntutnya menuju ketakwaan.

Di dalam 4 bab dengan 32 sub-bab, kitab ini menunjukkan betapa pentingnya keridhaan orang tua bagi seorang pelajar dalam proses belajar. Bagaimana seharusnya seorang pelajar berperilaku di dalam maupun di luar kegiatan pembelajaran, baik bersama guru maupun kawan-kawannya. Serta apa yang harus diupayakan oleh seorang pelajar dalam aspek spiritual melalui munajat di kala sendiri.

Selesai ditulis pada 10 Muharram 1384 H, kitab setebal 85 halaman ini mengambil referensi dari beberapa kitab besar, seperti al-Jami’us Shaghir karya as-Suyuthi, Manhaj Dzawin Nadzar karya Syekh Mahfudh at-Tarmasi, Ihya’ ‘Uluumiddiin karya al-Ghazali, dan ‘Umdatul Qari karya al-Badru al-‘Ayni.

2. Al-Muqtathafaat

Sebanyak 568 untai hadits tersusun dalam al-Muqtathafat fi Jami’i Kalaamihi Shalla Allahu ‘Alayhi wa Sallam. Keseluruhan hadits ini dipilih oleh Mbah Zainal dari kitab al-Jami’us Shaghir karya al-Imam al-Hafidh Jalalud -Din as-Suyuthi beserta kitab syarahnya, Faidhul Qadir, karya al-Manawi.

Juz awal kumpulan hadits ini selesaiditulispada 1 Ramadhan 1388 H dalam kitab setebal 197 halaman ini tercantum hadits-hadits Rasulullah dari abjad alif sampai tsa. Setiap nomor berisi redaksi matan hadits, kode periwayat, serta sekilas penjelasan hadits tersebut.

3. Al-Furuuq

Apa bedanya aqiqah dan qurban? Apa pula bedanya bay’u dan ijaroh? Lalu bagaimana perbedaan jizyah, hadanah dan aman? Tak sedikit dari kita yang kebingungan saat membedakan istilah-istilah teknis peribadatan tersebut, baik mahdhah maupun muamalah.

Inilah keunikan kitab al-Furuuq susunan Mbah Zainal. Berisi 40 poin tentang definisi dan diferensiasi istilah-istilah syari’at yang tampak serupa tetapi berbeda. Semua istilah tersebut mengacu pada al-Asybah wan Nadzair karya as-Suyuthi. Sebagaimana dalam kitab-kitabnya yang lain, pembahasan dalam kitab yang selesai ditulis pada 15 Sya’ban 1378 ini juga singkat, padat dan tidak bertele-tele.

4. Taariikhu al-Hadharati al-Islamiyyah

Di dalam kitab ini, Mbah Zainal benar-benar menunjukkan bahwa Islam bukan hanya agama tauhid dan fitrah, tetapi juga agama akal dan ilmu. Penghargaan yang tinggi dari Islam terhadap ilmu menjadi pemantik kemajuanumat Islam dalam berbagai bidang. Demikian arah penekanan Mbah Zainal.

Perjalanan keilmuan dalam peradaban Islam tertoreh dalam kitab ini mulai dari zaman Rasulullah hingga masa ‘Abbasiyyah II. Mulai dari ilmu-ilmu pokok agama hingga ilmu-ilmu alam dan terapan. Mbah Zainal mengemukakan tiga kategori ilmu menurut wilayah kajiannya, yakni al-‘ulumus syar’iyyah, al-‘ulumul lisaaniyyah dan al-‘uluumul kauniyyah.

Dalam bab al-‘ulumus syar’iyyah, Mbah Zainal mengelompokkan tafsir, hadits , ushul fiqh, fiqh, dan kalam. Adapun ilmu nahwu, sharaf, matnul lughah, ‘arudh, balaghah, sastra dan tarikh digolongkan dalam al-‘ulumul lisaaniyyah. Sedangkan kedokteran, astronomi, matematika, kimia dan geografi termasuk dalam kategori al-‘uluumul kauniyyah. Masing-masing cabang ilmu tersebut diterangkan secara gamblang berikut perkembangan dan tokoh-tokohnya.

Di paruh kedua kitab, tercatat kemajuan peradaban bangsa Arab setelah kedatangan Islam, pengaruh ilmu dalam peradaban, serta beberapa penjelasan atas prinsip dasar peribadatan dalam Islam. Di akhir kitab , Mbah Zainal membubuhkan tiga data informatif singkat. Yakni Awwaliyyat, berisi 20 nama pelopor dalam berbagai hal. Ada pula Sijillut Tasyrii’, mencatat 17 peristiwa penting dalam 8 tahun hijriah. Dan al-Maqaadir, tentang ukuran-ukuran perhitungan syariat dengan perbandingan modern.

Dari tarikh yang tertera dalam keempat karya di atas, maka dapat diketahui bahwa Mbah Zainal menuliskannya pada saat ia belum genap 40 tahun. Dengan ukuran saat itu, sekitar 50 tahun yang lalu, tentu kitab-kitab ensiklopedis karya Mbah Zainal di atas termasuk barang langka dan bermutu. Karya-karyanya yang lain semisal Kitaabu al-Shiyam, Masaailu al-Waqi’iyyah, Majmu’u al-Rasail, Al-Ta’riifu bi Ahli al-Sunnatiwa al-Jama’ah, dan Manaasiku al-Hajjakan dibahas dalam kesempatan selanjutnya. Insyaallah. (Zia UlHaq/Mahbib)


Sumber : http://www.nu.or.id

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome Message

Category

Artikel Terkait

Tweets

Download Mp3

- Copyright © Tempatku Belajar -Santri Krapyak- Powered by Blogger