- Back to Home »
- Photography »
- Beli lensa atau beli lampu kilat / flash?
Posted by : Miftahur Rohman
Monday, March 10, 2014
Apa yang saya baca dari blog, facebook
jauh lebih banyak yang memprioritaskan lensa daripada lampu kilat. Saya
sendiri pada awalnya juga begitu. Dahulu, saya sering ditugaskan
sebagai fotografer dokumentasi acara. Saya pikir lensa yang berkualitas
tinggi dan berbukaan besar akan bisa memecahkan masalah saya. Tapi lensa
sendiri, baik yang kualitasnya tinggi sekalipun, gagal memecahkan
masalah saya dalam pencahayaan.
Seringkali di ruangan, cahaya lingkungan bercampur baur dari cahaya
dari lampu di dalam ruangan yang kadang berwarna tidak sama, dan
matahari dari luar yang masuk ke dalam ruangan melalui jendela. Selain
itu, cahaya di dalam ruangan biasanya sangat sedikit, sehingga meski
saya mengunakan lensa dengan bukaan sangat besar pun masih harus
menaikkan ISO cukup tinggi, akibatnya kualitas foto menurun karena noise
yang tinggi dan saturasi warna yang hilang.
Setelah menghabiskan puluhan juta untuk membeli lensa, akhirnya saya membeli lampu kilat pertama saya yang seharga dua jutaan. Dengan lampu kilat ini, kualitas foto saya secara konsisten meningkat dari acara ke acara.
Dari sini saya menyadari bahwa, mengandalkan lensa dan cahaya lingkungan semata, sering sekali sulit mendapatkan hasil foto sesuai dengan yang kita inginkan. Maka dari itu, lampu kilat merupakan suatu investasi yang sangat baik untuk saya.
Beberapa tahun belakangan ini, saya semakin menyadari bahwa dengan mengunakan lampu kilat, saya bisa belajar banyak tentang pencahayaan (salah satu pilar utama fotografi) dan saya berharap membeli lampu kilat jauh-jauh hari sebelumnya.
Lalu kenapa sebagian besar dari kita berbondong-bondong memilih lensa berkualitas tinggi daripada lampu kilat? Ada beberapa asumsi yang terbersit di benak saya diantaranya:
Sebenarnya asumsi itu tidak semuanya benar, misalnya lampu kilat itu sebenarnya tidak begitu mahal relatif dibandingkan dengan lensa dengan kualitas tinggi yang lebih dari 10 juta rupiah. Dengan 10 juta, Anda bisa mendapatkan 2 set lampu studio lengkap dengan payung, tas, dan sebagainya (buatan Cina tentunya hehe). Lampu kilat portable (yang bisa dipasang di atas kamera) rata-rata hanya dua jutaan per lampu.
Lalu, apakah lampu kilat susah dipakai? Nah untuk yang ini saya rasa ada benarnya. Bila kita mengunakan lampu kilat, eksposur cahaya tidak hanya bergantung pada bukaan, shutter speed dan ISO saja, tapi sudah ada variabel baru yaitu kekuatan flash, jarak flash terhadap subjek dan overlap antara cahaya flash dan cahaya lingkungan.
Dan apakah memakai flash membuat foto kelihatan tidak alami? Nah ini tergantung, flash bisa merusak foto bila tidak digunakan dengan baik, tapi akan menjadi luar biasa bila digunakan dengan benar. Untuk ini memang harus di pelajari tekniknya (lihat poin diatas).
Balik ke topik utama
Siapa yang memerlukan lensa, siapa memerlukan flash? Saya pikir ini balik lagi ke kepribadian dan jenis foto yang disukai:
Setelah menghabiskan puluhan juta untuk membeli lensa, akhirnya saya membeli lampu kilat pertama saya yang seharga dua jutaan. Dengan lampu kilat ini, kualitas foto saya secara konsisten meningkat dari acara ke acara.
Dari sini saya menyadari bahwa, mengandalkan lensa dan cahaya lingkungan semata, sering sekali sulit mendapatkan hasil foto sesuai dengan yang kita inginkan. Maka dari itu, lampu kilat merupakan suatu investasi yang sangat baik untuk saya.
Beberapa tahun belakangan ini, saya semakin menyadari bahwa dengan mengunakan lampu kilat, saya bisa belajar banyak tentang pencahayaan (salah satu pilar utama fotografi) dan saya berharap membeli lampu kilat jauh-jauh hari sebelumnya.
Lalu kenapa sebagian besar dari kita berbondong-bondong memilih lensa berkualitas tinggi daripada lampu kilat? Ada beberapa asumsi yang terbersit di benak saya diantaranya:
- Lampu kilat apalagi lampu studio itu mahal
- Lampu kilat susah dipakai (tekniknya sulit dipelajari)
- Sulit mendapatkan foto yang alami dengan lampu kilat
Sebenarnya asumsi itu tidak semuanya benar, misalnya lampu kilat itu sebenarnya tidak begitu mahal relatif dibandingkan dengan lensa dengan kualitas tinggi yang lebih dari 10 juta rupiah. Dengan 10 juta, Anda bisa mendapatkan 2 set lampu studio lengkap dengan payung, tas, dan sebagainya (buatan Cina tentunya hehe). Lampu kilat portable (yang bisa dipasang di atas kamera) rata-rata hanya dua jutaan per lampu.
Lalu, apakah lampu kilat susah dipakai? Nah untuk yang ini saya rasa ada benarnya. Bila kita mengunakan lampu kilat, eksposur cahaya tidak hanya bergantung pada bukaan, shutter speed dan ISO saja, tapi sudah ada variabel baru yaitu kekuatan flash, jarak flash terhadap subjek dan overlap antara cahaya flash dan cahaya lingkungan.
Dan apakah memakai flash membuat foto kelihatan tidak alami? Nah ini tergantung, flash bisa merusak foto bila tidak digunakan dengan baik, tapi akan menjadi luar biasa bila digunakan dengan benar. Untuk ini memang harus di pelajari tekniknya (lihat poin diatas).
Balik ke topik utama
Siapa yang memerlukan lensa, siapa memerlukan flash? Saya pikir ini balik lagi ke kepribadian dan jenis foto yang disukai:
- Bila Anda menyukai suka foto di luar ruangan secara alami seperti pemandangan/landscape, street photography maka kemungkinan besar flash bukan aksesoris yang penting. Aksesoris seperti tripod yang kokoh, atau filter yang berkualitas mungkin lebih penting.
- Bila Anda menyukai bekerja di dalam ruangan (studio) sehingga bisa bekerja kapan saja baik siang, malam, subuh, dan menyukai kemampuan mengendalikan pencahayaan secara total maka investasi ke sistem lampu kilat lah yang lebih penting daripada lensa.
- Ada juga yang suka-dua-duanya atau campuran, yaitu fotografer yang menyukai mengunakan cahaya alami dan dipadu dengan lampu kilat. Untuk golongan ini, saya sarankan untuk mengatur dana yang cukup seimbang untuk lensa dan lampu kilat.